twitter




1 Masa Kelahiran dan Balita


Ada seorang wanita yang sedang menantikan kelahiran anak pertamanya. Karena masih menantikan anak pertamanya, ia memilih tinggal sementara waktu di rumah orang tuanya. Minggu, 06 maret 1994, daerah banjarnegara, Jawa Barat, tempat dimana mereka tinggal, turun hujan yang sangat deras bahkan terkadang disertai bunyi petir. Sekitar pukul 18.00 WIB terjadilah kontraksi (mungkin akan melahirkan karena saat itu kehamilannya sudah menginjak 9 bulan). Karena masih hujan deras, orang tua dari ibu hamil itupun bingung bahkan tetangga-tetangga sekitar ikut membantu. Akhirnya mereka menjemput salah satu bidan terdekat. Jika banyak dari wanita yang akan melahirkan pertama kali ditemani oleh suaminya, tidak demikian dengan beliau, karena saat itu suaminya masih berada di Jawa Timur, tempat asal suaminya.


Tepat pukul 19.00 WIB, lahirlah seorang bayi mungil berjenis kelamin perempuan yang tidak lain adalah aku. Aku di beri nama  Widiasih Hapsari. Nama itu didapat dari ayah dan kakekku. Aku lahir dengan panjang 49 cm dan berat 3,2 kg. Setelah beberapa bulan, bayi mungil itu dan orang tuanya pulang kembali ke Lampung, tepatnya Gedong Tataan, karena masa cuti orang tuaku telah habis. Ketika masih kecil, Widia, begitu panggilan akrabku itu sering diajak jalan-jalan ke pusat perbelanjaan. Kebetulan rumah yang di kontrak orang tuanya dekat dengan pusat kota Gedong Tataan. Perlu di ketahui saat itu ayah Widia bekerja sebagai guru di Prokimal, Lampung Utara, sedangkan bundanya bekerja sebagai guru di Gedong Tataan. Sehingga jika ayahnya pulang, widia selalu diajak jalan-jalan kemana Widia mau.


Suatu hari, ketika umur Widia masih beranjak 2 tahun, widia diajak ayah pergi ke sebuah pusat perbelanjaan. Karena begitu asyik dan mungkin capek, Widia kecil tertidur dan tanpa disadari sandal bagian kanannya jatuh entah dimana, sehingga Widia pulang ke rumah tanpa menggunakan alas kaki, untung saja widia di gendong ayah.


Saat berumur 2,5 tahun Widia bersama orang tua pindah ke Semuli jaya karena bunda pindah kerja. Disana Widia mendapat teman bermain, kira-kira umurnya 1 tahun lebih tua dari Widia, namanya Mbak Anis begitu Widia memanggilnya. Selain mendapat teman baru, widia juga mendapat adik perempuan yang lucu bernama Rosiana Noptah Palupi.  Widia kecil sering menangis ketika ditinggal ayah bunda pergi kerja dan Widia tidak akan berhenti menangis kalau tidak di beliin jajan. Widia selalu minta jajan karena rumah widia  dekat dengan sekolah.


Suatu hari saat widia tengah bermain-main (di bonceng tetangga naik sepeda) tidak sengaja kaki widia terkena ruji sepeda sehingga kaki widia berdarah dan secara spontan langsung menangis.Karena hal itu akhirnya widia bisa ikut ayahnya pergi kerja. Karena ayah guru SMA, widia disana menjadi bahan mainan oleh anak-anak SMA karena saat itu widia masih kecil.

                                                                                            



                                               

2 Masa TK



Kini Widia tidak balita lagi. Tidak terasa widia telah masuk masa TK. Widia masuk TK di saat usia 5 tahun. Sebenarnya ia pernah di daftarkan di TK saat usianya 4 tahun namun karena masih terlalu muda, Widia tidak bisa menerima pelajaran dengan baik dan akhirnya berhenti.


Widia di daftarkan di TK PGRI Semuli Jaya. Disana widia mendapat teman-teman baru dan belajar banyak hal seperti pembentukan perilaku, daya pikir dan keterampilan. Disaat jam istirahat, widia senang sekali bermain ayunan dengan teman-teman. Widia juga punya kesenangan lain di saat jam istirahat, yaitu bermain kejar-kejaran bersama teman-teman.


Saat TK, Widia termasuk anak yang nakal. Di TK setiap anak memiliki kursi yang warnanya berbeda-beda. Widia sangat suka kursi yang berwarna merah. Suatu hari, widia pernah merebut kursi teman widia yang berwarna merah karena kursi widia sendiri rusak. Teman yang kursinya Widia rebut tidak marah bahkan menangis sekalipun, mungkin karena usianya yang lebih tua dari Widia sehingga pemikirannya lebih dewasa.


Disaat pelajaran, Widia juga tidak pernah mengikuti pelajaran dengan baik. Pernah suatu kali, saat pelajaran mewarnai, setiap anak mewarnai gambarannya dengan bagus, namun Widia sebaliknya, gambar yang harusnya di warnai dengan bagus, widia warnai dengan hanya 1 warna yaitu hitam. Jadi hasil mewarnai Widia semuanya hitam. Walaupun begitu ibu guru tetap memberi nilai 100 pada Widia.





                                                                                                                                                                          3 Masa SD



Setelah lulus TK, Widia melanjutkan sekolah di SDN 01 Semuli Jaya. Widia masuk SD pada tahun 2000. SD dimana Widia bersekolah termasuk SD yang paling di minati banyak orang dan sudah pasti termasuk SD yang bermutu bagus.

Saat kelas 1 Widia duduk di kelas 1A. Suasana belajar saat SD jauh berbeda dengan suasana belajar saat TK yang lebih banyak bermain. Saat kelas 1, Widia mendapat peringkat pertama, baik semester ganjil maupun genap. Di kelas 2, Widia duduk di kelas 2A. Anak-anak kelas 2, termasuk widia, saat itu harus bersekolah di siang hari, karena ada beberapa kelas yang sedang di renovasi. Saat kelas 2, Widia tetap mempertahankan prestasinya yaitu mendapat peringkat pertama, baik di semester ganjil ataupun genap.

Saat kelas 3, Widia duduk di kelas 3A. Wali kelas Widia adalah Ibu Ana yang tidak lain adalah guru Bahasa Indonesia Widia. Ibu Ana sudah 2 kali menjadi wali kelas Widia, yaitu saat kelas 2 dan 3. Widia di sekolah menjadi murid kesayangan guru-guru karena sikap dan prestasi widia di sekolah.

Saat kelas 4, Widia duduk di kelas 4A. Saat kelas 4 Widia sedikit mengalami kesulitan dalam mempertahankan prestasi widia karena widia dimasukkan di kelas favorite. Ketika semester 1 prestasi widia sempat menurun dan mendapat peringkat ke-2. Namun di saat semester genap Widia merebut posisi peringkat 1 dari roro, teman widia. Ibu guru sangat senang karena nilai rapor Widia meningkat secara drastis. Karena mendapat peringkat pertama, Widia diberi hadiah oleh Wali kelas. Isi hadiah tersebut antara lain buku, pena, pensil dan ikat rambut.

Saat Widia duduk di kelas 5, Widia mengikuti lomba Olimpiade Sains. Awalnya Widia mengikuti seleksi di tingkat kecamatan dan mendapat juara 1 sehingga bisa mewakili kecamatan dimana ia tinggal di tingkat kabupaten. Di tingkat kabupaten Widia dapat mengerjakan soal-soal tes Olimpiade Sains dengan baik sehingga widia kembali mendapat juara 1 dan mewakili kabupaten widia berada, Lampung Utara, di tingkat provinsi.Di tingkat provinsi, Widia sempat berkecil hati karena saingan-saingan widia terlihat pintar dan percaya diri. Namun walaupun begitu, keberuntungan tetap berpihak kepada widia, Widia mendapat juara 3 dan mewakili provinsi Lampung di tingkat nasional.Sayang, saat di tingkat nasional, keberuntungan tidak memihak kepada Widia lagi. Tapi Widia tetap bersyukur bisa membanggakan kabupaten dimana widia tinggal, sekolah, guru-guru, teman-teman, dan yang paling terutama kedua orang tua widia.

  Saat kelas 6, Widia belajar lebih sungguh-sungguh lagi, karena saat itu Widia harus mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian akhir yang akan menentukan lulus atau tidaknya Widia. Bukan hanya Widia dan teman-teman yang mempersiapkan diri menghadapi ujian akhir, pihak sekolah juga membantu mereka dalam persiapan tersebut. Pihak sekolah mengadakan les yang harus diikuti oleh semua murid kelas 6. Ketika ujian akhir tiba, Widia dan teman-teman dapat mengerjakan soal tersebut dengan baik dan mudah. Widia berharap, widia dan teman-teman dapat lulus dengan nilai yang bagus.

 Akhirnya hari pengumumanpun tiba. Kepala sekolah memberikan amplop yang berisi kepastian akan lulus atau tidaknya kami. Widia saat itu tidak membuka amplop milik widia karena hanya dengan diterawang dapat diketahui isinya = ). Widia dan teman-teman lulus, bahkan yang lebih membuatnya senang, Widia mendapat nilai tertinggi di sekolah.


                                                                                                                                                                               

4 Masa SMP



Setelah lulus SD, Widia melanjutkan pendidikan di tingkat SMP. widia diterima sebagai siswi SMPN 01 Abung Semuli. Tidak tanggung-tanggung, widia diterima di SMPN 01 Abung Semuli di urutan pertama dengan nilai 92,90.

Pertama kali masuk sekolah baru, widia merasa aneh, maklum mungkin belum terbiasa pada suasana baru. Pada saat MOS ia masuk kelompok 1. Saat itu Widia di perintahkan oleh kakak-kakak kelas untuk mengambil jambu disamping kelas tempat widia MOS.

Setelah kegiatan MOS berakhir, pembagian kelaspun diadakan. Widia masuk kelas VII A. Widia sempat merasa sedih karena di kelas VII A tidak ada teman dekat widia bahkan anak-anak yang dikenal pun terbatas. Di kelas VII, seperti biasa Widia mendapat peringkat 1 baik di semester ganjil maupun genap.

Di kelas VIII, widia masuk kelas VIII D. Di kelas VIII D widia mendapat banyak saingan untuk menjadi yang pertama, karena mereka yang sekelas dengan widia adalah anak-anak yang mendapat peringkat pertama sampai kelima di kelas VII. Dikelas, Widia menjadi anak kesayangan para guru, bahkan widia sering mendapat pujian dari para guru. Namun hal itu tidak membuat widia senang, bahkan membuatnya sedih karena banyak teman-teman yang diam-diam iri dan menjelek-jelekkan widia.

Saat Widia duduk di kelas VIII, sekolah widia mengikuti lomba Olimpiade Sains tingkat kabupaten. Untuk memilih wakil dari sekolah, diadakanlah beberapa tes. Beberapa siswa-siswi yang berprestasi mengikuti tes tersebut, termasuk Widia. Akhirnya Widia terpilih menjadi wakil sekolah untuk mengikuti lomba Olimpiade Sains Biologi. Saat itu widia sangat senang karena dapat mengikuti lomba Olimpiade Sains kembali. Tapi tidak seperti saat di SD, di SMP widia dan wakil sekolah widia yang lain tidak mendapat bimbingan-bimbingan kusus sama sekali. Widia dan teman-teman yang lain hanya diberi waktu semalam untuk belajar. Keesokan harinya, kami berangkat ke SMPN 7 Kotabumi, tempat dimana lomba tersebut diadakan. Ketika sudah sampai di tempat perlombaan, Widia dan peserta lainnya di kumpulkan untuk melakukan pembukaan. Setelah selesai, para peserta di perintahkan untuk masuk keruang kelas sesuai dengan mata pelajaran yang diikuti. Ketika Widia masuk keruang kelas, widia sempat merasa nervous karena peserta-peserta lainnya kelihatan pintar-pintar.

Ketika widia melihat soal-soal tersebut, widia sempat mengalami kesulitan yang membuat kepercayaan diri widia hilang. Hal lain yang membuat kepercayaan diri widia semakin hilang, ketika widia melihat peserta-peserta yang lain melihat buku paket tanpa ditegur oleh pengawas. Widia pulang dengan sedih dan sudah merasa kalah sebelum adanya pengumuman hasil tersebut.

Sementara menunggu hasil pengumuman, Widia telah naik ke kelas IX. Widia duduk di kelas IX G. Widia sempat merasa sedih dan menangis ketika melihat daftar nama-nama siswa yang masuk ke kelas IX G. Widia sedih karena Widia harus sekelas dengan siswa-siswa yang perilakunya nakal. Bahkan ada beberapa guru yang sempat memberi semangat pada Widia karena guru-guru tersebut tau jika Widia tidak pantas masuk ke kelas IX G. Yang membuat Widia bertambah sedih adalah teman-teman sekelas saat kelas VIII yang statusnya anak-anak berprestasi tetap berada di kelas yang sama. Jadi hanya Widia yang berbeda kelas.                                   

Namun widia tidak boleh menyerah pada keadaan. Widia mulai bisa menerima itu dan berkonsentrasi untuk menghadapi UN, karena passing grade kelulusan naik. Di sisi lain, widia merasa senang karena widia mendapat juara ke-2 Olimpiade Sains Biologi tingkat kabupaten sehingga widia bisa menjadi wakil kabupaten di tingkat provinsi.

Tiga hari setelah pengumuman tersebut, widia dan peserta lain yang menjadi wakil dari kabupaten yang sama berangkat ke Bandar Lampung. Setelah sampai, widia dan peserta yang lain menuju kamar yang telah ditentukan. Keesokan harinya perlombaan yang ditunggu-tunggupun tiba. Widia dan peserta lain menuju tempat yang dipilih menjadi tempat diadakannya perlombaan. Setelah sampai dan melakukan pembukaan, para peserta dipersilahkan menuju tempat yang telah ditentukan, termasuk Widia. Soal yang diberikan cukup membuat Widia merasa kesulitan untuk mengerjakan namun widia berusaha untuk mengerjakan semua soal yang diberikan. Setelah selesai semua peserta di persilahkan untuk makan siang dan pulang menuju kabupaten masing-masing untuk  menunggu hasil lomba tersebut. Setelah menunggu beberapa hari, hasil lombapun di umumkan, Namun pengumuman tersebut tidak menyebutkan Widia sebagai salah satu juaranya.

Untuk memeriahkan hari kemerdekaan Indonesia, sekolah widia selalu melaksanakan beberapa perlombaan dan parade PBB, parade PBB saat widia kelas IX diiringi dengan Drumband dimana widia bertugas memainkan Blira dalam kelompok drumband tersebut. Tidak hanya hari itu, pada saat peringataan hari ulang tahun TNI AURI  Widia dan teman-teman drumband tampil kembali untuk menyambut kepala TNI AURI yang datang ke sekolahnya.

Setelah semua kegiatan-kegiatan tersebut selesai, Widia mulai berkonsentrasi penuh untuk menghadapi UN. Oleh karena itu, sekolah dimana widia bersekolah mengadakan jam tambahan bagi anak-anak kelas IX untuk membahas kembali pelajaran-pelajaran kelas 7 dan 8.

Ujian Nasional pun tiba. Widia dan teman-teman mengerjakan soal UN dengan baik. Setelah menunggu beberapa minggu, hari yang dinanti-nantipun tiba. Hari dimana widia dan teman-teman mendapat kepastian lulus atau tidaknya. Namun Widia sedikit sedih karena saat itu widia sedang sakit sehingga orangtua widia yang datang ke sekolah. Widia dan semua anak-anak SMPN 01 Abung Semuli lulus dengan nilai yang baik.

Kini Widia harus meninggalkan sekolah ini, berpisah dengan teman-teman, dan memasuki masa yang baru masa dimana pakaian putih biru diganti dengan putih abu-abu. Namun semua itu tak akan membuat semua kenangan-kenangan selama SMP hilang. Kenangan itu akan selalu tersimpan.
                              
                                                            
5 Masa SMA (Masa Sekarang)



Setelah lulus SMP, Widia melanjutkan sekolah di tingkat SMA. Tadinya widia berencana ingin bersekolah di luar provinsi lampung, namun ayah menyarankan untuk bersekolah di luar provinsi lampung.

Widia sempat tidak yakin bisa di terima di SMAN 2 Bandar Lampung. Namun widia terus berlatih mempersiapkan diri guna menghadapi tes masuk SMAN 2 Bandar Lampung. Karena jarak rumah Widia dengan sekolah yang akan dituju cukup jauh ( 2 jam perjalanan bus), Akhirnya widia menginap dirumah Om karena tes masuk SMA dimulai pagi hari.

Setelah tes masuk SMA selesai, Widia kembali ke kotabumi. Widia sempat libur dirumah selama 1 bulan sambil menunggu hasil tes. Akhirnya hari pengumuman penerimaan siswa barupun tiba. Widia segera mengambil koran yang di beli pagi-pagi sekali. Widia mencari nama Widia di barisan siswa-siswa yang diterima di SMAN 2 Bandar Lampung. Dan puji Tuhan, nama Widia masuk di urutan 100.

Widia saat itu merasa senang sekali. Widia tidak menyangka dapat di terima di SMAN 2 Bandar Lampung yang notabennya SMA unggulan. Dibalik kegembiraan, Widia juga sedih karena dengan di terimanya Widia di SMAN 2 Bandar Lampung berarti Widia harus berpisah dengan orang tua dan hidup sebagai anak kos.

Sama seperti SMA pada umumnya, SMAN 2 Bandar Lampung mengadakan kegiatan Pra – MOS dan MOS. Di kegiatan itu, Widia mendapat kelompok 5 yang bernama ”Ultraman”. Widia dan teman-teman sekelompok Widia selalu kompak sehingga ultraman selalu mendapat juara dalam perlombaan saat itu. Setelah kegiatan Pra – MOS dan MOS selesai, pembagian kelas diadakan. Widia di tempatkan di kelas X RSBI 6.

Selain itu widia juga harus mengikuti latihan TONPARA (Pleton Pengibar Bendera) pasukan 17 untuk memeperingati hari Kemerdekaan Indonesia. Mereka yang terpilih menjadi tonpara selalu latihan setiap hari (pulang sekolah) selama 1 bulan. Tanggal 17 Agustus pun tiba. Widia berangkat ke sekolah sekitar jam 5 pagi untuk mempersiapkan diri dalam upacara hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Diluar dugaan, saat upacara akan di mulai, terjadi hujan deras. Terpaksa upacara di tunda hingga hujan berhenti. Beberapa menit menunggu, hujan mulai reda walau masih gerimis, akhirnya upacara di lanjutkan.

Saat Widia dan anak-anak TONPARA yang lain memasuki lapangan untuk mengibarkan bendera, seluruh lapangan becek (banyak genangan air), sehingga baju dan kaos kaki pun kotor. Setelah upacara selesai, Widia mengikuti pelantikan PASIS, salah satu ekstrakurikuler yang ia ikuti di SMAN 2 Bandar Lampung.

Sekarang Widia sudah SMA, yang berarti  semakin dewasa. Oleh karena itu Widia harus bersungguh-sungguh dalam belajar menuntut ilmu demi cita-cita dan harapan orang tua. Masa SMA masih panjang jadi manfaatkanlah itu sebaik-baiknya agar menjadi kenangan yang bermakna di kemudian hari = D

0 komentar:

Posting Komentar